Minggu, 07 Mei 2017

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PENCEMARAN OLEH MERKURI PADA TAMBANG EMAS


I.                   PENDAHULUAN


1.1.            Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai potensi sumber daya alam yang melimpah, baik itu sumber daya alam hayati maupun sumber daya alam non-hayati. Sumber daya mineral merupakan salah satu jenis sumber daya non-hayati. Sumber daya mineral yang dimiliki oleh Indonesia sangat beragam baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Endapan bahan galian pada umumnya tersebar secara tidak merata di dalam bumi. Sumber daya mineral tersebut antara lain : minyak bumi, emas, batu bara, perak, timah, dan lain-lain. Sumber daya itu diambil dan dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Sumber daya alam merupakan salah satu modal dasar dalam pembangunan nasional, oleh karena itu harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat dengan memperhatikan kelestarian hidup sekitar.  Salah satu kegiatan dalam memanfaatkan sumber daya alam adalah kegiatan penambangan bahan galian,tetapi kegiatan – kegiatan penambangan selain menimbulkan dampak positif juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup terutama perusahaannya, bentang alam, berubahnya estetika lingkungan, habitat flora dan fauna menjadi rusak, penurunan kualitas tanah, penurunan kualitas air. Sumber daya mineral yang berupa endapan bahan galian memiliki sifat khusus dibandingkan dengan sumber daya lain yaitu biasanya disebut wasting assets  atau diusahakan ditambang, maka bahan galian tersebut tidak akan “tumbuh” atau tidak dapat diperbaharui kembali. Dengan kata lain industri pertambangan merupakan industri dasar tanpa daur, oleh karena itu di dalam mengusahakan industri pertambangan akan selalu berhadapan dengan sesuatu yang serba terbatas, baik lokasi, jenis, jumlah maupun mutu materialnya. Keterbatasan tersebut ditambah lagi dengan usaha meningkatkan keselamatan kerja serta menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup.
Perkembangan   peralatan pertambangan     telah     menyebabkan     skala  pertambangan semakin   membesar. Semakin banyak perusahaan tambang di Indonesia yang bermunculan. Banyak wilayah Indonesia yang kini menjadi wilayah tambang. Akan tetapi sayangnya munculnya perusahaan tambang ini tidak diikuti dengan perbaikan kondisi alam yang seimbang. Lebih banyak membawa dampak buruk terhadap lingkungan. Keuntungan yang ditawarkan memang menggiurkan, tetapi alam yang rusak juga sangat besar. Banyak perusahaan yang mengabaikan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) untuk perusahaannya. Pada awalnya belum terlihat, akan tetapi dalam jangka waktu yang panjang maka akan terlihat bahwa perusahaan tambang ini kebanyakan membawa dampak buruk bagi lingkungan sekitarnya. Selain perusahaan pertambangan besar, penambang emas yang berskala kecil dan masih menggunakan teknologi tradisional juga ikut menyebabkan pencemaran lingkungan. Meskipun dianggap termasuk sebagai pemicu peristiwa degradasi lingkungan, ancaman yang paling serius dari mereka ternyata adalah adanya pencemaran merkuri. Pencemaran ini terjadi sebagai akibat para penambang (dalam hal ini adalah penambang emas primer) tersebut menggunakan merkuri dalam usaha memisahkan emas dari material pembawanya. Selanjutnya merkuri yang tercampur dengan dengan air buangan kemudian mencemari air tanah dan sungai. Merkuri atau lebih dikenal dengan air raksa (Hg) adalah Logam ini adalah logam yang ada secara alami,satu-satunya logam pada suhu kamar (25°C) berwujud cair. Merkuri adalah zat yang sangat berbahaya bagi tubuh karena Merkuri dan turunannya disebut sebagai bahan pencemar paling berbahaya. Semua senyawa Hg bersifat toksik untuk makhluk hidup, bila memakan makhluk hidup dalam jumlah yang cukup dan dalam waktu yang lama. Senyawa Hg akan tersimpan dan terakumulasi secara permanen di dalam tubuh, yaitu terjadi inhibisi enzym dan kerusakan sel sehingga kerusakan tubuh dapat terjadi secara permanen (WHO, 1976). Merkuri terakumulasi pada rantai makanan, sebagai contoh adalah merkuri bisa masuk ke dalam tubuh manusia dengan mengkonsumsi ikan yang hidup pada perairan yang tercemar merkuri. Dari survei efek bahaya, merkuri ini adalah bersifat racun bagi semua bentuk kehidupan, dan bersifat lambat untuk dikeluarkan dari tubuh manusia. Sudah banyak perusahaan pertambangan yang membuang zat merkuri ke perairan yang berada di sekitar perusahaan. Sehingga hal ini membawa dampak negatif pada masyarakat yang ada di sekitar perusahaan. Sudah banyak kasus di Indonesia yang menunjukkan bahwa ditemukannya merkuri di perairan umum dekat dengan perusahaan pertambangan. Banyak peneliti dan lembaga yang meneliti perairan yang tercemar merkuri tersebut dan hasilnya sangat mengejutkan karena merkuri yang terkandung sangat tinggi dan bahaya.
1.2.            Rumusan masalah
1.      Bagaimana proses yang terjadi sehingga merkuri bisa mencemari perairan sekitar perusahaan tambang?
2.      Bagaimana cara menanggulangi pencemaran merkuri?

II. PEMBAHASAN

2.1.            Pencemaran air oleh merkuri
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air
seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Danau, sungai, lautan dan air tanah adalah bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Selain mengalirkan air juga mengalirkan sedimen dan polutan. Berbagai macam fungsinya sangat membantu kehidupan manusia. Pemanfaatan terbesar danau, sungai, lautan dan air tanah adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya berpotensi sebagai objek wisata. Pencemaran air di Indonesia sebagian besar diakibatkan oleh aktifitas manusia yang meninggalkan limbah pemukiman, limbah pertanian, dan limbah industri termasuk pertambangan. Limbah pemukiman mempunyai pengertian segala bahan pencemar yang dihasilkan oleh daerah pemukiman atau rumah tangga. Limbah pemukiman ini bisa berupa sampah organik (kayu, daun dll), dan sampah nonorganik (plastik, logam, dan deterjen).

Limbah pertanian mempunyai pengertian segala bahan pencemar yang dihasilkan aktifitas pertanian seperti penggunaan pestisida dan pupuk. Sedangkan limbah industri mempunyai pengertian segala bahan pencemar yang dihasilkan aktifitas industri yang sering menghasilkan bahan berbahaya dan beracun (B3).

Pencemaran logam berat menjadi ancaman yang ada di perairan.  Salah satu pencemaran logam berat yang dapat menurunkan kualitas perairan adalah penggunaan logam berat merkuri akibat aktivitas manusia yang dilakukan di suatu wilayah.  Logam berat merkuri merupakan logam berat yang sering digunakan dalam proses penambangan emas dengan metode amalgamasi, dimana logam berat merkuri dapat mengikat bijih emas dan dapat memisahkan bijih emas dengan logam-logam lainnya. Sungai merupakan salah satu media yang menjadi dampak akibat pencemaran logam berat merkuri, dimana sungai dapat menjadi tempat pembuangan limbah dari sisa pengelolaan emas yang dilakukan oleh masyarakat sekitar maupun penambang lainnya.  Lemahnya pengawasan terhadap penanganan (pembuangan) limbah dari sisa pengolahan mempunyai potensi untuk menciptakan lingkungan yang tercemar.  Upaya pengelolaan emas yang dilakukan oleh masyarakat tidak diimbangi dengan pemeliharaan lingkungan di sekitar daerah penambangan emas tersebut, khususnya daerah aliran sungai (DAS).  Akibat dari penggunaan logam berat merkuri tersebut tidak hanya menimbulkan pencemaran air sungai saja, akan tetapi bagian dari sungai seperti sedimen dan organisme yang hidup di dalamnya ikut tercemar akibat toksin/racun yang terkandung dalam logam berat merkuri tersebut. Kehadiran logam berat tetap mengkhawatirkan, terutama yang bersumber dari pabrik/industri, di mana logam berat banyak digunakan sebagai bahan baku maupun sebagai bahan penolong. Sifat beracun dan berbahaya dari logam berat ditunjukan oleh sifat fisik dan kimia. Keracunan logam merkuri telah dikenal cukup lama dalam era tahun 1960 tercatat beberapa peristiwa keracunan merkuri diseluruh dunia. Keracunan yang disebabkan oleh merkuri ini, umumnya berawal dari kebiasaaan memakan makanan dari laut, teruama sekali ikan, udang dan tiram yang telah terkontaminasi oleh merkuri. Awal peristiwa kontaminasi merkuri terhadap bioata laut adalah masuknya buangan industri yang mengandung merkuri kedalam badam perairan teluk (lautan). Selanjutnya dengan adanya proses biomagnifikasi yang bekerja dilautan, konsentrasi merkuri yang masuk akan terus ditingkatkan disamping penambahan yang terus menerus dari buangan pabrik merkuri yang masuk tersebut kemudian berasosiasi dengan sistem rantai makanan, sehingga masuk kedalam tubuh biota perairan dan ikut termakan oleh manusia bersama makanan yang diambil dari perairan yang tercemar oleh merkuri.  Disamping itu merkuri juga masuk bersama bahan makanan pokok seperti gandum dan beras, yang telah diberi senyawa merkuri pada waktu pembibitan dan penyemaian. Sebagai bahan pencemar yang sangat beracun, keberadaan merkuri dalam tata lingkungan selalu menjadi topik yang selalu hangat untuk dibahas. Pembahasan mengenai tingkah laku merkuri dalam tubuh biasanya tidak terlepas dari senyawa merkuri yang mencemari lingkungan.
Senyawa merkuri tersebut yaitu :

1.   Senyawa merkuri an-organik termasuk logam merkuri
2.   Senyawa akil-merkuri yang mempunyai struktur hidrokarbon
      rantai  lurus
3.   Senyawa aril-merkuri dengan struktur yang mengandung cicin     
      hidrokarbonaromatik. 
Penggunaan merkuri didalam industri-industri sering menyebabkan pencemaran lingkungan, baik melalui air buangan maupun melalui sistem ventilasi udara. Merkuri yang terbuang kesungai, pantai atau badan air disekitar indiustri-industri tersebut kemudian dapat mengkontaminasi ikan–ikan dan mahluk air lainya termasuk ganggang dan tanaman air. Selanjutnya ikan–ikan kecil dan mahluk air lainnya mungkin akan dimakan oleh ikan-ikan atau hewan air lainnya yang lebih besar atau masuk kedalam tubuh melalui insang. Kerang juga dapat mengumpulkan merkuri didalam rumahnya. Ikan-ikan dan hewan-hewan tersebut kemudian dikonsumsi oleh oleh manusia sehingga manusia dapat mengumpulkan di dalam tubuhnya. Penggunaan merkuri dibidang pertanian sebagai pelapis benih dapat mencemari tanah – tanah pertanian yang berakibat pencemaran terhadap hasil-hasil pertanian, terutama sayur-sayuran. Batasan kandungan merkuri maksimum adalah 0,005 ppm untuk air dan 0,5 ppm untuk makanan. Sedangkan WHO (World Health Orgaization) menetapkan batasan  maksimum yang lebih rendah yaitu 0,0001 ppm untuk air.  

2.2.            Metode penggunaan merkuri dalam proses penambangan emas
Metode pengolahan yang digunakan oleh para pelaku usaha penambangan bijih emas di beberapa daerah di Indonesia ini adalah amalgamasi cara langsung. Dalam metode ini semua material (bijih emas, media giling, kapur tohor, air, dan air raksa) dimasukkan secara bersama- sama pada awal proses, sehingga proses penghalusan bijih emas dan pengikatan emas oleh air raksa terjadi secara bersamaan. Metode amalgamasi cara langsung ini kurang efektif dengan beberapa alasan, yaitu memerlukan jumlah air raksa relatif lebih banyak, air raksa yang digunakan cepat rusak menjadi butir- butir kecil/flouring (Peele, 1956), sehingga daya ikat air raksa terhadap emas kurang, dan butir-butir air raksa yang kecil mudah terbuang bersama ampas sewaktu dilakukan pendulangan memisahkan ampas dengan amalgam. Akibatnya, metode ini menghadapi dua permasalahan utama, yaitu kehilangan air raksa yang cukup tinggi dan perolehan emas yang rendah. Kehilangan air raksa dalam pengolahan bijih emas yang cukup tinggi ini telah mencemari air tempat pengolahan bijih emas metode amalgamasi dilakukan. Pengolahan bijih emas dengan metode amalgamasi merupakan cara pengolahan yang sederhana, dan murah, namun bisa mendapatkan emas (bentuk amalgam) yang dapat dijual dengan harga yang cukup tinggi. Amalgamasi digunakan untuk produksi yang kecil dan banyak dilakukan oleh penambang skala kecil (tambang rakyat). Bijih emas yang sesuai untuk diolah dengan metode amalgamasi adalah bijih yang mempunyai kadar tinggi dan ukuran butir kasar. Umumnya pengolahan bijih emas metode amalgamasi ini memperoleh emas- nya yang rendah dan kehilangan air raksa yang tinggi. Perolehan emas melalui cara amalgamasi tidak optimal (Sevruykov drr., 1960), dan untuk tambang rakyat perolehan emas umumnya lebih rendah dari 85 %. metode amalgamasi cara langsung yaitu dengan memasukkan secara bersama- sama bahan/material yang digunakan (bijih emas, media giling, kapur tohor, air, dan air raksa) pada awal pengolahan, sehingga air raksa yang diguna- kan cepat rusak menjadi butir-butir kecil karena air raksa mendapat tekanan/gesekan antara media giling dengan media giling atau antara media giling dengan dinding bagian dalam tabung amalgamasi. Air raksa yang rusak menjadi butir-butir kecil pada gilirannya akan mengurangi daya ikat terhadap emas, sehingga menghilangkan air raksa yang cukup banyak sewaktu dilakukan pemisahan amalgam dengan ampas (tailing) hasil pengolahan melalui pendulangan, selain itu perolehan emasnya tidak optimal.

2.3.            Cara menanggulangi bahan merkuri yang sudah mencemari perairan
Untuk mengurangi kerusakan air raksa atau kehilangan air raksa yang mencemari
lingkungan, pengolahan bijih emas perlu dilakukan dengan metode amalgamasi cara tidak langsung. Pengolahan cara tidak langsung ini terdiri atas tiga tahap proses, yaitu: (1) Des- liming: yaitu tahap menghilangkan partikel halus (slime) yang menempel pada permukaan bijih emas yang akan digunakan sebagai umpan dalam pengolahan dengan cara pencucian. (2) Grinding yaitu tahap penghalusan ukuran/penggerusan bijih, dan (3) Tahap amalgamasi itu sendiri.
            Merkuri yang sudah terlanjur terbuang ke perairan ini dapat dilakukan dengan pemberian karbon aktif dalam perairan. Tidak hanya menyerap merkuri di lingkungan, teknologi ini juga mampu mengurangi polusi metil merkuri yang diserap oleh cacing tanah. Polusi metil merkuri (merkuri organik) lebih beracun dan lebih mudah masuk dalam jaringan pangan dibanding polusi merkuri non-organik. Dengan menyebar karbon aktif di 5% permukaan lahan yang sudah tercemar, jumlah polusi metil merkuri yang diserap oleh cacing bisa dikurangi hingga lebih dari 90%. Karbon aktif bisa disebarkan ke permukaan endapan atau tanah tanpa mengganggu endapan atau tanah yang sudah tercemar merkuri tersebut. Karbon aktif yang menyerap polusi merkuri ini pada akhirnya bercampur dengan lapisan tanah. Penelitian ini adalah penelitian pertama yang memanfaatkan karbon aktif untuk mengurangi pencemaran merkuri dalam tanah dan endapan-endapan air.





III. PENUTUP

3.1.      KESIMPULAN
1. Pencemaran air merupakan masalah yang sangat serius, mengingat air merupakan     kebutuhan utama yang sangat penting. Sehingga kualitas air yang digunakan harus sangat diperhatikan. Akan tetapi dewasa ini, banyak perusahaan yang merusak lingkungan dengan cara membuang limbah ke sungai di lingkungan perusahaan. Hal ini jelas merugikan bagi masyarakat sekitar yang tinggal di sekitar wilayah perusahaan. Terutama perusahaan tambang emas yang dimana sebagian besar limbahnya adala zat yang berbahaya yaitu merkuri.
2. Proses bagaimana terbuangnya merkuri di perairan yaitu karena banyak perusahaan pertambangan menggunakan proses algamasi secara langsung karena biayanya yang murah. Akan tetapi proses algamasi langsung ini ternyata membawa dampak sangat buruk bagi lingkungan sekitar. Amalgamasi cara langsung ini kurang efektif dengan beberapa alasan, yaitu memerlukan jumlah air raksa relatif lebih banyak, air raksa yang digunakan cepat rusak menjadi butir- butir kecil.
3.  Cara penanggulannya adalah merkuri yang sudah terlanjur terbuang ke perairan ini dapat dilakukan dengan pemberian karbon aktif dalam perairan. Tidak hanya menyerap merkuri di lingkungan, teknologi ini juga mampu mengurangi polusi metil merkuri yang diserap oleh cacing tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Sevruykov, N., Kuzmin, B., dan Chelishchev, Y., 1960. General Metallurgy. Peace Publisher, Moscow., 545 h.

Peele, 1956), Peele R., 1956. "Mining Engineers" Handbook. Third Edition, Vol. 2, New York, John Wiley & Sons Inc., h.33.

0 komentar:

Posting Komentar