Air Asam Tambang
Air asam tambang adalah :
Air yang berasal dari kegiatan tambang terbuka atau tambang bawah tanah atautimbunan bijih atau batubara yang dicirikan oleh keasaman yang tinggi (pH rendah)dengan peningkatan logam terlarut. Terbentuk ketika mineral sulfida tertentuterpajan (exposed) pada suatu kondisi oksidasi dan mengalami perlindian (leching).
Reaksi pembentukan Air Asam Tambang yang umum terjadi adalah sbb :
4 FeS2 + 15 O2 + 14 H2O ----- > 4 Fe(OH)3 ↓ + 8 H2SO4
Air Asam Tambang terbentuk karena ada 3 unsur pembentuk Air Asam Tambang yang bertemu persis seperti teori segitiga Api. Unsur pembentuk Air Asam Tambang yaitu :
1. Sulfida (dari batuan/mineral sulfida)
2. Air (dari air hujan)
3. Oksigen (dari udara)
Batuan sulfida biasanya terdapat di dalam tanah, dibawah top soil, sehingga sebelum ditambang, meskipun ada hujan, Air Asam Tambang tidak terbentuk karena tidak terpajan dengan oksigen di udara. Air Asam Tambang terbetuk ketika batuan sulfida ini terbuka/terpajan (pada proses penambangan) yang mana akan terpajan dengan oksigen di udara dan air hujan, sehingga reaksi kimia berjalan.
Mineral pembentuk Air Asam Tambang adalah sebagai berikut :
• Pirit (FeS2)
• Pyrrhotite (Fe1-xS)
• Chalcopyrite (CuFeS2)
• Pentlandite (FeNi)S8
• Sphalenite (ZnFeHgCd)S
• Arsenopyrite (FeAsS)
• Kalkopirit (CuFeS2)
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Metode Penelitian
1.4 Tujuan
Penelitian
2.2 Dampak
Buruk Air Asam Tambang
2.3 Pencegahan dan Pengelolaan Air Asam
Tambang
3. PEMBAHASAN
Proses Pemompaan Air Asam Tambang
Proses Penetralan Pada Kolam Pengendap
4. KESIMPULAN
Saran
DAFTAR PUSTAKA
• Molibdenit (MoS2)
• Sinabar (HgS)
• Galena (PbS)
• Spalerit (ZnS)
Mengenal Pengolahan Air Asam Tambang PT Newmont
Salah satu isu yang senantiasa hadir ketika berbicara industri pertambangan adalah Air Asam Tambang. Industri Pertambangan memang akan selalu berbenturan dengan isu lingkungan. Air asam tambang atau biasa juga dikenal sebagai Acid Mine Drainage (AMD) atau Acid Rock Drainage (ARD) adalah kondisi dimana air di dalam atau sekitar area pertambangan memiliki kadar ke-asam-an yang sangat tinggi, biasanya diindikasikan dengan nilai PH < 5.
Ada 3 faktor yang menjadi penyebab terbentuknya air asam tambang :
- Mineral Sulfida
- Oksigen
- Air
Air Asam Tambang terbentuk karena terpaparny batuan yang mengandung mineral sulfida, sehingga berinteraksi dengan Oksigen dan Air.
Apa dampak Air Asam Tambang?
Air Asam Tambang dengan ciri tingkat keasaman yang sangat tinggi (PH<5) adalah pencemaran jangka panjang, dibeberapa kasus Air Asam Tambang bahkan masih ada ratusan tahun setelah Pit Tambang sumber AAT sudah selesai. Kondisi air dengan tingkat keasaman tinggi ini tentu tidak baik baik biota air dan untuk konsumsi masyarakat. Belum lagi karena PH yang rendah, sehingga AAT mudah melarutkan logam.
Metode Pencegahan?
Sebelum melakukan operasi penambangan , sebuah perusahaan tambang wajib melakukan analisis sumber-sumber yang dapat menyebabkan terbentuknya Air Asam Tambang ini, terutama mengidentifikasi mana batuan yang mengandung mineral sulfida mana yang tidak. Dalam industri pertambangan dikenal istilah PAF untuk lapisan batuan yang terindikasi berpotensi membentuk Asam dan NAF untuk lapisan batuan yang dinilai tidak berpotensi menyebabkan asam.
Dalam industri pertambangan khususnya konsentrasi lingkungan tambang, dikenal 2 uji yang berkaitan dengan AAT, yakni : Uji Statik dan Uji Kinetik. Uji Statik adalah Uji yang digunakan untuk mengidentifikasi mana unsur yang berpotensi membangkitkan asam atau menetralkan asam. Beberapa Uji contoh Uji Statik adalah :
- Paste PH
- Total Sulfur
- Acid Neutralizing Capacity (ANC)
- Net Acid Generating (NAG)
Sementara Uji Kinetik adalah uji yang digunakan untuk mendapatkan gambaran laju reaksi pembentukan asam, contoh uji Kinetik adalah column leach test.
Setelah memahami metode pencegahan, bagaimana langkah selanjutnya sehingga Air Asam Tambang tidak terbentuk. Pada prinsipnya, Air Asam Tambang tidak akan terbentuk selama Sulfida tidak berinteraksi dengan Air atau Oksigen, sehingga cara pencegahan dan penanganannya berpatokan pada prinsip tersebut.
Dalam metode penanganan dikenal 2 istilah :
- Metode Dry Cover
- Metode Wet Cover
Keduanya adalah metode untuk melakukan pencegahan, sementara untuk melakukan penanganan AAT yang sudah terbentuk maka dilakukan proses pengapuran.
Metode Dry cover adalah metode mengisolasi atau menutupi batuan yang dinilai berpotensi membentuk asam dengan lapisan batuan yang dinilai tidak berpotensi membentuk asam atau dengan batuan NAF. Mengacu pada prinsip terbentuknya AAT tadi, fungsi lapisan NAF ini adalah agar tidak terjadi interaksi batuan PAF dengan oksigen ataupun air.
Sementara itu metode Wet Cover adalah mengisolasi batuan yang berpotensi membentuk asam di dalam perairan, seperti danau, dasar laut atau di dalam kolam. Intinya bagaimana memastikan tidak terjadi interkasi dengan Oksigen.
Batuan yang mengandung mineral Sulfida, pada indutri batubara biasanya terdapat pada lapisan atas batubara (roof), lapisan bawah (floor) atau juga pada pengotor di lapisan batubara itu sendiri, sehingga perlu sekali melakukan uji Statik terhadap tiap-tiap lapisan untuk meng-kategorisasi mana batuan PAF mana NAF.
Air Asam Tambang di PT NNT
Di PT Newmont Nusa Tenggara (NNT), sebagai tambang tembaga, terbentuknya Air Asam Tambang adalah sebuah keniscayaan, karena adanya unsur mineral sulfida didalamnya. Di PNNT ini, Air Asam Tambang berpotensi dihasilkan dari tempat/material berikut :
- Pit Batu Hijau
- Stock Pile
- Tailing
Pertama. Pit batu hijau, dari Pit Batu Hijau (atau area utama pertambangan PT NNT) air asam tambang yang terbentuk ditampung di dalam sump (area bawah pit).
Kedua, stock pile. Tidak semua raw material langsung dikirim ke crusher, tetapi sebagian dikumpulkan dalam stock pile. Stock pile yang di berada di area terbuka tanda perlindungan secara langsung membuka peluang terjadinya air asam tambang. Ketiga adalah tailing, tailing yang didalamnya masih mengandung mineral sulfida berpotensi membentuk Air asam tambang.
Metode Penanganan
Seperti sudah saya jelaskan diatas, ada 2 hal metode penanganan air asam tambang, yakni : metode dry cover dan metode wet cover, bagaimana penanganan Air Asam Tambang di PT NNT?
Pertama, air asam tambang yang terbentuk di sump pit batu hijau ditampung dan dilakukan proses pemompaan (lihat gambar) menuju area aliran Sekongkang 1.
Dari sekongkang satu yang merupakan hulu aliran tampungan air asam tambang, air asam akan mengalir menuju hilir sekongkang 3. Di PT NNT, air asam tambang tidak dinetralkan melalui proses pengapuran, tetapi air asam tambang di daur ulang dan digunakan untuk processing (flotasi) yang membutuhkan air dalam jumlah besar.
Kedua, air asam tambang dari stock pile. Dari stock pile, Air Asam Tambang yang terbentuk juga diarahkan ke Sekongkang 1, untuk kemudian bertemu dengan aliran air Asam Tambang dari Pit dan seperti Air Asam Tambang yang bersumber dari Pit, Air Asam Tambang dari stock pile inipun digunakan untuk tahapan flotasi.
Ketiga, tailing. Tailing berpotensi menghasilkan Air Asam Tambang karena didalamnya masih mengandung unsur mineral sulfida. Dalam konteks tailing, PT NNT menempatkan tailingnya dengan metode penempatan bawah laut atau dalam konteks penanganan Air Asam tambang, hal ini tergolong metode wet cover. Sehingga mencegah terbentuknya Air Asam Tambang.
Pengelolaan Lingkungan Areal Tambang Batubara(Studi Kasus Pengelolaan Air Asam Tambang (Acid Mining
Drainage) di PT. Bhumi Rantau Energi Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan
Oleh: Luthfi Hidayat
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertambangan merupakan suatu bidang usaha
yang karena sifat kegiatannya pada dasarnya selalu menimbulkan dampak pada alam
lingkungannya (BPLHD Jabar, 2005). Aktivitas penambangan selalu membawa dua
sisi. Sisi pertama adalah memacu kemakmuran ekonomi negara. Sisi yang lain adalah
timbulnya dampak lingkungan.
Salah
satu komoditi yang banyak diusahakan saat ini, untuk memenuhi kebutuhan energi
di Indonesia adalah batubara. Pada
saat ini Indonesia memiliki potensi sumber daya
batubara sekitar 60 miliar ton dengan cadangan 7 miliar ton ( Witoro,
2007 ). Dilain pihak tambang batubara pada umumnya dilakukan pada tambang
terbuka (open mining), sehingga akan
berdampak terhadap perubahan bentang alam, sifat fisik, kimia, dan bioligis
tanah, serta secara umum menimbulkan kerusakan pada permukaan bumi. Dampak ini
secara otomatis akan mengganggu ekosistem di atasnya, termasuk tata air
(Subardja, 2007).
Salah
satu permasalahan lingkungan dalam aktivitas penambangan batubara adalah
terkait dengan Air Asam Tambang ( AAT)
atau Acid Mine Drainage (AMD). Air tersebut terbentuk sebagai hasil oksidasi dari mineral
sulfida tertentu yang terkandung dalam batuan, yang bereaksi dengan oksigen di
udara pada lingkungan berair (Sayoga, 2007). Penampakan air asam tambang di
tahap awal adalah adanya air di pit tambang yang berwarna hijau.
Pada awal kegiatan tambang, yaitu sejak penyelidikan (eksplorasi) atau tahap perencanaan perlu
dilakukan untuk mengetahui dan menghitung besarnya potensi air asam
tambang yang akan ditimbulkannya. Mengetahui potensi keasaman dari suatu
tambang sangat penting karena keasaman
batuan tersebut baru merupakan potensi yang kehadirannya belum tentu akan
menjadi persoalan setelah dilakukan pengambilan (eksploitasi).
Timbulnya air asam tambang (Acid Mine Drainage) bukan hanya berasal dari hasil pencucian
batubara, tetapi juga dari dibukanya suatu potensi keasaman batuan sehingga
menimbulkan permasalahan kepada kualitas air dan juga tanah. Potensi air asam
tambang harus diketahui dan dihitung agar langkah – langkah preventif serta
pengendaliannya dapat dilakukan.
Pengendalian
terhadap air asam tambang merupakan hal yang
perlu dilakukan selama kegiatan penambangan berlangsung dan setelah kegiatan
penambangan berakhir. Air asam tambang (Acid Mine Drainage) dapat mengakibatkan menurunnya kualitas air,
air permukaan dan air tanah. Selain itu jika dialirkan ke sungai akan berdampak terhadap masyarakat
yang tinggal di sepanjang aliran sungai serta akan mengganggu biota yang hidup
di darat juga biota perairan.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan
masalah pada penelitian ini adalah;
1. Bagaimana
persoalan Air Asam Tambang di tambang batubara yang saat ini terjadi di PT. Bhumi Rantau Energi.
2. Bagaimana upaya
pengelelolaan pengelolaan air
asam tambang yang ada di PT. Bhumi Rantau Energi.
1.3 Metode Penelitian
Penelitian ini pada prinsipnya dilakukan
dengan dua tahapan metode. Pertama adalah melakukan studi pustaka terkait
persoalan Air Asam Tambang, dan tahapan kedua adalah mengamati realitas
pengelolaan Air Asam Tambang yang
dilakukan di perusahaan Tambang PT. Bhumi Rantau Energi.
1.4 Tujuan
Penelitian
Tujuan
Penelitian adalah;
1. Untuk
memahami persoalan lingkungan akibat adanya Air Asam Tambang di areal Pertambangan
Batubara di PT. Bhumi Rantau Energi.
2. Untuk
memahami gambaran tahapan pengelolaan Air Asam Tambang di PT. Bhumi Rantau Energi.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tentang Air Asam Tambang
Air asam tambang (AAT) atau disebut juga
dengan Acid Mine Drainage (AMD) adalah air yang bersifat asam (tingkat keasaman
yang tinggi) dan sering ditandai dengan nilai pH yang rendah yaitu dibawah
6,karena sesuai dengan baku mutu air pH
normal adalah 6-9 sebagai hasil dari
oksidasi mineral sulfida yang tersingkap
oleh proses penambangan dan terkena air.
Air asam tambang (AAT) adalah istilah yang digunakan
untuk merujuk pada air asam tambang yang timbul akibat kegiatan penambangan
serta sering juga disebut air rembesan (seepage), atau aliran (drainage). Air
ini terjadi akibat pengaruh oksidasi alamiah
mineral sulfida (mineral belerang) yang terkandung dalam
batuan yang terpapar selama penambangan. Perlu diketahui air asam tambang
sebenarnya tidak terbentuk akibat kegiatan penambangan saja tetapi setiap
kegiatan yang berpotensi menyebabkan terbuka dan teroksidasinya mineral
sulfida akan menyebabkan terbentuknya air asam tambang. Beberapa
kegiatan seperti pertanian, pembuatan jalan, drainase dan pengolah tanah
lainnya pada areal yang mengandung mineral belerang akan menghasilkan air asam,
karateristiknya pun sama dengan air asam tambang.
Air asam tambang dicirikan dengan rendahnya pH dan tingginya senyawa
logam tertentu seperti besi (Fe),
mangan (Mn), cadmium (Cd),
aluminium (Al), sulfate ).
Pyrite ) merupakan senyawa yang umum dijumpai
dilokasi pertambangan. Selain pirit masih ada berbagai macam mineral sulfida
yang terdapat dalam batuan dan mempunyai potensi membentuk air asam tambang seperti : marcasite ), pyrrotite
(), chalcocite S), covellite (CuS) molybdenite ), chalcopyrite ), galena (PbS), sphalerite
(ZnS), dan arsenopyrite
(FeAsS).
Air asam yang
mengandung logam berat yang mengalir ke sungai, danau atau
rawa akan merusak kondisi ekosistem yang ada di sungai tersebut. Hal ini tentu
saja akan menyebabkan adanya penurunan kualitas air. Air asam tambang dapat
juga mempengaruhi bentang alam, perubahan struktur tanah, perubahan pola aliran
permukaaan dan air tanah serta komposisi kimia
air permukaan.
Komponen pembentukan air asam tambang lainnya adalah air dan
oksigen. Air yang masuk kedalam cekungan berasal dari air permukaan terutama dari air hujan. Curah hujan yang tinggi
menyebabkan volume air dalam cekungan
semakin besar, sehingga cekungan membentuk kolam besar.
Proses terjadinya air asam tambang yaitu bila
teroksidasinya mineral-mineral sulfida yang terdapat pada
batuan hasil galian dengan air (O) dan
oksigen ). Oksidasi logam sulfida dalam
membentuk asam terjadi dalam persamaan reaksi sebagai berikut :
Reaksi pertama adalah reaksi pelapukan
dari pirit disertai proses oksidasi. Pirit dioksidasi menjadi sulfat dan besi
ferro.
1. + + → + + 4
(Pyrite
+ oxygen + water → ferrous iron
+ sulfate + acidity)
Reaksi lanjutan dari pirit oleh besi ferri lebih cepat
(2-3 kali) dibandingkan dengan oksidasi dengan oksigen dan menghasilkan
keasaman yang lebih banyak.
2. +
+
15 + 2
+
(Pyrite
+ ferric iron + water → ferrous iron + sulfate + acidity)
Air
asam tambang dapat terjadi pada kegiatan penambangan baik itu tambang terbuka
maupun tambang bawah tanah. Umumnya keadaan ini terjadi karena unsur sulfur
yang terdapat di dalam batuan teroksidasi secara alamiah didukung juga dengan
curah hujan yang tinggi semakin mempercepat perubahan oksidasi sulfur menjadi
asam. Sumber-sumber air asam tambang antara
lain berasal dari :
1.
Air Dari Tambang Terbuka
Lapisan batuan akan terbuka sebagai akibat
dari terkupasnya lapisan penutup, sehingga unsur sulfur yang ada dalam batuan
sulfida akan terpapar oleh udara
maka terjadilah oksidasi yang apabila hujan atau air tanah mengalir di atasnya
maka jadilah air asam tambang.
2.
Air Dari Unit Pengolah Batuan Buangan
Material yang banyak terdapat limbah
kegiatan
penambangan adalah batuan buangan (waste
rock). Jumlah batuan buangan ini akan semakin meningkat dengan bertambahnya
kegiatan penambangan. Akibatnya
batuan buangan yang banyak mengandung sulfur akan berhubungan langsung
dengan udara membentuk senyawa sulfur oksida, selanjutnya dengan adanya air
akan membentuk air asam tambang.
3.
Air Dari Lokasi Penimbunan Batuan Timbunan batuan
yang berasal dari batuan
sulfida
dapat menghasilkan air asam tambang karena adanya kontak langsung dengan udara
luar yang selanjutnya terjadi pelarutan akibat
adanya air.
4.
Air Dari Unit Pengolahan Limbah Tailing
Kandungan unsur sulfur
di dalam tailing
diketahui
mempunyai potensi dalam membentuk air asam tambang, pH dalam tailing pond ini biasanya cukup tinggi karena adanya
penambahan hydrated lime untuk
menetralkan air yang bersifat asam yang dibuang kedalamnya.
5.
Air Dari Tempat Penimbunan Bahan Galian/Stockpile
Bahan galian batubara yang dihasilkan dari kegiatan
penambangan diangkut dan dikumpulkan di stockpile
untuk diolah dan dipasarkan. Pada proses pengiriman batubara ke konsumen
terlebih dahulu dikecilkan ukurannya dengan metode penghancuran (crushing). Dalam proses penghancuran
batubara disiram dengan air untuk mengurangi debu,dimana terkadang didalam
lapisan batubara terdapat mineral sulfida. Hal ini berpotensi membentuk air
asam tambang.
2.2 Dampak
Buruk Air Asam Tambang
Terbentuknya
air asam tambang dilokasi penambangan
akan menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan. Adapun dampak negatif dari asam tambang tersebut antara
lain yaitu :
1.
Bagi masyarakat sekitar
Dampak terhadap masyarakat disekitar wilayah tambang tidak dirasakan
secara langsung karena air yang dipompakan kesungai telah dinetralkan dan
selalu dilakukan pemantauan setiap hari untuk mengetahui temperatur,
kekeruhan, dan pH. Namun apabila terjadi pencemaran dan biota perairan
terganggu maka binatang seperti ikan akan mati akibatnya mata pencaharian
penduduk akan terganggu.
2.
Bagi biota perairan
Dampak negatif untuk biota perairan adalah terjadinya
perubahan keanekaragaman biota perairan seperti plankton dan benthos, kehadiran
benthos dalam suatu perairan dijadikan sebagai indikator kualitas perairan.
Pada perairan yang baik dan subur benthos akan melimpah,
sebaliknya pada perairan yang kurang
subur bentos tidak akan mampu bertahan
hidup.
3.
Bagi kualitas air permukaan
Terbentuknya air asam tambang hasil oksidasi pirit
akan menyebabkan menurunnya kualitas air permukaan. Parameter kualitas air yang
mengalami perubahan diantaranya pH, padatan terlarut, sulfat, besi dan mangan.
4.
Kualitas air tanah
Ketersediaan unsur hara merupakan faktor yang paling
penting untuk pertumbuhan tanaman. Tanah yang asam banyak mengandung logam-
logam berat seperti besi, tembaga, seng yang semuanya ini merupakan unsur hara
mikro. Akibat kelebihan
unsur hara mikro
dapat menyebabkan
keracunan pada tanaman, ini ditandai dengan busuknya akar tanaman sehingga
tanaman menjadi layu dan akhirnya akan mati.
2.3 Pencegahan dan Pengelolaan Air Asam
Tambang
Mengingat bahaya dari air asam tambang bagi lingkungan
maka perlu dilakukan upaya pencegahan dan penanganan air asam tambang. Berikut
ini ada beberapa cara untuk
mencegah dan menghambat
terbentuknya air asam tambang.
1.
Penempatan Selektif
Menempatkan batuan yang berpotensi
membentuk air asam tambang PAF (Potencial
Acid Forming) dengan batuan yang tidak
berpotensi NAF (Non Acid Forming)
ke tempat yang terpisah dengan cara ditimbun. Kemudian lokasi penimbunan batuan
yang berpotensi membentuk air asam tambang ditempatkan sejauh mungkin dari aliran air, selanjutnya
rembesan-rembesan dikumpulkan pada satu lokasi.
2.
Manajemen
Tanah
Manajemen tanah ini bertujuan untuk :
1)
Memisahkan tipe tanah secara benar, sehingga pencampuran dan degradasi
kualitas tanah pucuk tidak terjadi.
2)
Menjamin kualitas tanah pucuk sebagaimana
adanya struktur, nutrisi, tersedia digunakan dalam rehabilitasi.
Pencegahan
pembentukan AAT dilakukan dengan mengurangi kontak antara mineral sulfida dalam
reaksi tersebut sebagai pirit dengan air dan oksigen di udara. Secara teknis,
hal ini dilakukan dengan menempatkan batuan PAF (Potentially Acid Forming) dalam kondisi dimana salah satu faktor
tersebut relatif kecil jumlahnya. Secara umum dikenal dua cara untuk melakukan hal tersebut, yaitu dengan menempatkan PAF
(Potentially Acid Forming) di bawah
permukaan air di mana penetrasi oksigen tehadap lapisan air sangat
rendah atau dikenal dengan wet
cover system, atau dibawah lapisan batuan atau material tertentu dengan
tingkat infiltrasi air . Metode lainnya
dengan cara pencampuran (blending)
beberapa tipe batuan PAF dan NAF atau bahkan dengan batu kapur, sehingga menghasilkan suatu
timbunan yang dapat menimbulkan air penyaliran dengan kualitas yang
memenuhi baku mutu. Diharapkan dengan menerapkan metode ini pembentukan AAT dapat dihindari.
Secara umum penanganan AAT yang telah terbentuk
berpotensi keluar dari lokasi penambangan, dilakukan untuk mengembalikan
nilai-nilai parameter kualitas air menjadi seperti kondisi normalnya atau
kondisi yang disyaratkan dalam Keputusan Pemerintah Pertambangan dan Energi No.
1211/K/008/M.PE/1995 tentang pencegahan dan penanggulangan perusakan serta
pencemaran lingkungan pada usaha pertambangan.
Secara umum pengolahan air asam tambang dapat
digolongkan menjadi 2 yaitu : Active treatment dan Passive treatment.
1.
Active
Treatment Technologies
Adalah teknologi yang memerlukan operasi, perawatan
dan pemantauan oleh manusia berdasarkan pada sumber energi eksternal dan
menggunakan infrastruktur dan sistem yang direkayasa. Terdiri dari :
Netralisasi (yang sering termasuk presipitasi logam), penghilangan logam,
presipitasi kimiawi, dan penghilangan sulfat secara biologi. Penetral yang
paling umum digunakan pada perlakuan AAT
skala besar adalah kapur, ini karena bahan tersebut tersedia secara komersial,
mudah digunakan, teknologi telah terbukti, biayanya murah dan efektif digunakan
serta dikelola dengan baik dalam hal
kesehatan dan keselamatan kerja bagi penerapan skala besar. Menambahkan tawas
pada air asam tambang sebelum dialirkan kesungai tujuannya untuk menjernihkan air.
2.
Passive
treatment technologies
Merupakan proses pengolahan yang tidak memerlukan
intervensi, operasi atau perawatan oleh manusia secara reguler bahan yang
biasanya digunakan adalah memakai tumbuhan yang dapat menetralkan pH, yakni
purun tikus.
3. PEMBAHASAN
Proses Pengaliran Awal Air Asam Tambang
Tahapan proses pengelolaan air asam tambang pada PT. Bhumi Rantau Energi,
pengaliran yang berasal dari pit (lubang bukaan tambang tambang) dan juga dari
unit pengolahan (crusher) sampai akhirnya dikembalikan lagi ke lingkungan.
Lubang bukaan tambang (Pit) merupakan areal penambangan, lubang bukaan (Pit) ini
berukuran sangat luas dan terbuka
sehingga apabila hujan turun. Air
yang berasal dari lubang bukaan tambang (Pit) akan bereaksi
dengan mineral sulfida (pirit) dan
oksigen yang akhirnya teroksidasi sehingga terbentuk air asam tambang (AAT).
Air
yang berasal dari lubang bukaan tambang (Pit) ini selanjutnya dialirkan menuju
sumuran (sump). Sump merupakan kolam
penampungan air yang dibuat
sementara sebelum air itu dipompakan serta dapat berfungsi sebagai kolam
pengendapan lumpur. Pengaliran air dari sump dilakukan dengan cara pemompaan.
Sump ini
dibuat secara terencana dalam pemilihan lokasi maupun volumenya. Penempatannya
pada jenjang tambang dan biasanya
dibagian lereng tepi tambang. Sump ini disebut dengan sump permanen karena
dibuat untuk jangka waktu lama, biasanya terbuat dari bahan kedap air dengan
tujuan untuk mencegah peresapan air supaya tidak menyebabkan jenjang tambah
longsor karena sump ini yang pertama menerima
air.
Proses Pemompaan Air Asam Tambang
Pemompaan dalam hal ini berfungsi untuk
memindahkan atau membuang air dari
tempat yang rendah yaitu dari
sumuran (sump) pada lantai kerja penambangan ketempat yang lebih
tinggi/keluar tambang.
Volume air yang tertampung dalam sumuran
(sump) jumlahnya akan semakin bertambah jika sejumlah air tersebut tidak
dipindahkan ke kolam pengendapan yang akhirnya dapat menghambat kegiatan
penambangan. Oleh karena itu perlu dilakukan pemompaan menuju kolam pengandapan (settling pond).
Limbah
cair yang berada di tambang atau dari tempat pengolahan (crusher) terlebih
dahulu dipompa kesettling pond (kolam pengendap
I). Air yang berada pada kolam
pertama mengalir ke kolam dua melalui saluran yang dibuat zig zag antara kolam
yang satu dengan saluran kekolam yang lain. Pada kolam yang kedua dilakukan
proses pengolahan limbah atau yang disebut dengan kolam penawasan atau pengapuran.
Cara penawasan yaitu dengan memasukkan bahan tawas/aluminium sulfate (〖AL〗_2 O_3)
kedalam
tandon yang sudah berisi air, kemudian diaduk-aduk setelah tawas sudah mencair
selanjutnya air tawas dalam tandon disemprotkan kekolam dua dengan menggunakan
pompa. Selain dilakukan penawasan juga dilakukan
pengapuran yaitu dengan cara ditaburkan pada setiap kolam.
Pada kolam kedua air di alirkan menuju kolam ketiga, dan pada kolam ini air sudah
mulai jernih. Pada kolam terakhir/kolam
ke empat inilah kolam tempat
penampungan air yang sudah jernih dan sudah siap untuk dibuang kebadan sungai.
Selain dilakukan penawasan maupun pengapuran juga dilakukan pemantauan pH
air yang keluar dari kolam ke empat
(outlet). Jenis pompa yang digunakan adalah Multiflo MF 380 yang menggunakan
tenaga mesin diesel.
Sebelum dilakukan proses penawasan atau
penetralan, pada kolam pertama terlebih dahulu dilakukan pengukuran pH dengan
menggunakan pH meter.
Dari pengukuran pada outlet settling pond
crusher PT. Bhumi Rantau Energi diperoleh hasil pH atau tingkat keasaman yang
rendah. Dan untuk penjernihan dilakukan penawasan
terlebih dahulu sebelum dilakukan proses penetralan dengan menggunakan kapur.
Proses Penetralan Pada Kolam Pengendap
Kolam pengendapan (Settling pond)
merupakan kolam yang berfungsi
untuk menyaring dan mengendapkan
lumpur-lumpur hasil dari penambangan yang terlarutkan oleh air serta sebagai
tempat mengolah air sebelum dialirkan
kesungai, terutama menetralkan pH air yang bersifat asam.
Air Asam Tambang tidak hanya berasal dari
kegiatan penambangan bisa juga dari proses penghancuran batubara. Sebelum
batubara masuk kedalam alat penghancur (Crusher) maka batubara tersebut disiram
dengan air, yang bertujuan untuk mengurangi debu yang dihasilkan ketika proses
penghancuran dilakukan serta pada saat krusher (crusher)beroperasi juga
dilakukan penyiraman untuk membersihkan krusher (crusher) dari
partikel-partikel batubara. Air
limpasan inilah yang berpotensi membentuk air asam
tambang(AAT) karena adanya mineral sulfida
yang berada dalam batubara juga berpotensi merusak lingkungan. Sehingga
sebelum dibuang kelingkungan dilakukan pengolahan terlebih dahulu.
Hasil pemompaan yang berasal dari kegiatan
krusher (crusher) dialirkan ke kolam pengendapan (Settling pond)
melalui paritan yang
dibuat mengelilingi
tempat pengolahan (Stockpile). Pada PT. Bhumi Rantau Energi terdapat dua
settling pond crusher yaitu settling pond crusher 1 dan settling pond crusher
2. Di settling pond crusher 1 terdapat empat kolam dan settling pond
crusher 2 terdapat lima kolam. Kolam
pertama berfungsi sebagai kolam pengendapan lumpur atau sedimentasi, kolam
kedua dan ketiga berfungsi sebagai kolam untuk penambahan tawas dan kapur, kolam ke 4 difungsikan sebagai
kolam parameter/acuan, karena air di kolam terakhir ini akan langsung dialirkan
ke badan sungai.
4. KESIMPULAN
Kesimpulan
Dari
uraian pada bab-bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan, yaitu :
1.
Sumber-sumber Air Asam Tambang (AAT)
adalah air dari tambang terbuka dari unit pengolahan batuan buangan, air dari
unit pengolahan limbah dan dari tempat penimbunan bahan galian.
2.
Metode pengolahan air asam tambang
yang ada di PT. Bhumi Rantau Energi adalah dengan metode active treatment.
Air
yang berpotensi air asam tambang tidak hanya berasal dari pit tapi juga yang
berasal dari unit pengolahan (crusher).
3.
Air yang berpotensi menjadi air asam
tambang yang berasal dari pit dialirkan menuju sumuran (sump), lalu dipompa menuju settling pond.
4.
Sebelum dilakukan proses penetralan,
terlebih dahulu dilakukan pengukuran pH menggunakan pH meter.
5.
Proses menurunkan tingkat kekeruhan pada settling pond crusher adalah dengan cara
menambahkan larutan tawas.
Saran
1.
Proses pengelolaan air asam tambang agar
dapat dilakukan lebih efektif untuk menghindari dampak negatif bagi lingkungan
maupun masyarakat yang bermukim di sekitar tambang.
2.
Pemantauan pH dan debit air limbah harus
dilakukan secara berkesinambungan untuk memastikan tingkat keamanan lingkungan
perairan.
3.
Tanggul-tanggul yang ada disettling pond
sebaiknya ditanami pepohonan agar lebih kuat.
Untuk
penambahan kapur dan tawas dikolam (settling
pond) supaya dapat dilakukan penelitian/pengujian lebih lanjut agar dalam
penambahannya dapat mengetahui
dosis yang optimum.
DAFTAR PUSTAKA
Arliani,
Nurul. 2012. Aktivitas Pengolaan Air Asam Tambang PT. Bhumi Rantau Energi. Rantau
Sari,
Intan Lianita. 2012. Teknologi Pengolahan Air Asam Tambang. [online] dari www. blogspot. Com Pengelolaan
Air Asam Tambang. [online] dari www. scribd. Com
Abfertiawan.
2011. Konsep Pencegahan Air Asam Tambang. [online] dari http//abfertiawan. blog.
com Metode Pengolahan Tambang Umum. 2013. [online] dari sintaloh.
blogspot. com
Air
Asam Tambang dan Pengelolaannya. 2013. [online] dari Tambangunsri. blogspot.
com Kerusakan Lahan Akibat Aktivitas Penambangan. 2012. [online] dari
pabrisianturi. blogspot. com Kamus Istilah Pertambangan. Energi dan Sumber
Daya Mineral
Sipahutar,
Renni. 2013. Analisis Pengelolaan Limbah Air Asm Tambang di IUP Tambang Air
Laya PT. Bukit Asam. Universitas Sriwijaya.
Palembang
Dkk,
Herniwanti. 2012. Simulasi Aliran Air Asam Tambang. Universitas Brawijaya.
Malang Gautama, R. S. 2012. Pengelolaan Air Asam Tambang. ITB. Bandung
Gautama,
R. S. 2012. Pelatihan Tentang Air Asam Tambang Februari 2012. Bandung Gautama,
R. S. 2004. Pengantar Air Asam Tambang. ITB.
Bandung
Nugraha, Candra. Upaya Pencegahan Pembentukan Air Asam
Tambang. 2012. ITB. Bandung