Minggu, 21 Mei 2017

AIR ASAM TAMBANG

Air Asam Tambang  

Air asam tambang adalah :
Air yang berasal dari kegiatan tambang terbuka atau tambang bawah tanah atautimbunan bijih atau batubara yang dicirikan oleh keasaman yang tinggi (pH rendah)dengan peningkatan logam terlarutTerbentuk ketika mineral sulfida tertentuterpajan (exposedpada suatu kondisi oksidasi dan mengalami perlindian (leching).

Reaksi pembentukan Air Asam Tambang yang umum terjadi adalah sbb :
4 FeS2 + 15 O2 + 14 H2O ----- > 4 Fe(OH)3 ↓ + 8 H2SO4

Air Asam Tambang terbentuk karena ada 3 unsur pembentuk Air Asam Tambang yang bertemu persis seperti teori segitiga Api. Unsur pembentuk Air Asam Tambang yaitu : 
1. Sulfida (dari batuan/mineral sulfida)
2. Air (dari air hujan)
3. Oksigen (dari udara) 

Batuan sulfida biasanya terdapat di dalam tanah, dibawah top soil, sehingga sebelum ditambang, meskipun ada hujan, Air Asam Tambang tidak terbentuk karena tidak terpajan dengan  oksigen di udara. Air Asam Tambang terbetuk ketika batuan sulfida ini terbuka/terpajan (pada proses penambangan) yang mana akan terpajan dengan oksigen di udara dan air hujan, sehingga reaksi kimia berjalan.

Mineral pembentuk Air Asam Tambang adalah sebagai berikut :
 Pirit (FeS2)
 Pyrrhotite (Fe1-xS)
 Chalcopyrite (CuFeS2)
 Pentlandite (FeNi)S8
 Sphalenite (ZnFeHgCd)S
 Arsenopyrite (FeAsS)

 Kalkopirit (CuFeS2)
 Molibdenit (MoS2)

 Sinabar (HgS)

 Galena (PbS)

 Spalerit (ZnS)







Mengenal Pengolahan Air Asam Tambang PT Newmont


Salah satu isu yang senantiasa hadir ketika berbicara industri pertambangan adalah Air Asam Tambang. Industri Pertambangan memang akan selalu berbenturan dengan isu lingkungan. Air asam tambang atau biasa juga dikenal sebagai Acid Mine Drainage (AMD) atau Acid Rock Drainage (ARD) adalah kondisi dimana air di dalam atau sekitar area pertambangan memiliki kadar ke-asam-an yang sangat tinggi, biasanya diindikasikan dengan nilai PH < 5.
AAT
Ada 3 faktor yang menjadi penyebab terbentuknya air asam tambang :
  1. Mineral Sulfida
  2. Oksigen
  3. Air
Air Asam Tambang terbentuk karena terpaparny batuan yang mengandung mineral sulfida, sehingga berinteraksi dengan Oksigen dan Air.
Apa dampak Air Asam Tambang?
Air Asam Tambang dengan ciri tingkat keasaman yang sangat tinggi (PH<5) adalah pencemaran jangka panjang, dibeberapa kasus Air Asam Tambang bahkan masih ada ratusan tahun setelah Pit Tambang sumber AAT sudah selesai. Kondisi air dengan tingkat keasaman tinggi ini tentu tidak baik baik biota air dan untuk konsumsi masyarakat. Belum lagi karena PH yang rendah, sehingga AAT mudah melarutkan logam.
Metode Pencegahan?
Sebelum melakukan operasi penambangan , sebuah perusahaan tambang wajib melakukan analisis sumber-sumber yang dapat menyebabkan terbentuknya Air Asam Tambang ini, terutama mengidentifikasi mana batuan yang mengandung mineral sulfida mana yang tidak. Dalam industri pertambangan dikenal istilah PAF untuk lapisan batuan yang terindikasi berpotensi membentuk Asam dan NAF untuk lapisan batuan yang dinilai tidak berpotensi menyebabkan asam.
Dalam industri pertambangan khususnya konsentrasi lingkungan tambang, dikenal 2 uji yang berkaitan dengan AAT, yakni : Uji Statik dan Uji Kinetik. Uji Statik adalah Uji yang digunakan untuk mengidentifikasi mana unsur yang berpotensi membangkitkan asam atau menetralkan asam. Beberapa Uji contoh Uji Statik adalah :
  1. Paste PH
  2. Total Sulfur
  3. Acid Neutralizing Capacity (ANC)
  4. Net Acid Generating (NAG)
Sementara Uji Kinetik adalah uji yang digunakan untuk mendapatkan gambaran laju reaksi pembentukan asam, contoh uji Kinetik adalah column leach test.
Setelah memahami metode pencegahan, bagaimana langkah selanjutnya sehingga Air Asam Tambang tidak terbentuk.  Pada prinsipnya, Air Asam Tambang tidak akan terbentuk selama Sulfida tidak berinteraksi dengan Air atau Oksigen, sehingga cara pencegahan dan penanganannya berpatokan pada prinsip tersebut.
Dalam metode penanganan dikenal 2 istilah :
  1. Metode Dry Cover
  2. Metode Wet Cover
Keduanya adalah metode untuk melakukan pencegahan, sementara untuk melakukan penanganan AAT yang sudah terbentuk maka dilakukan proses pengapuran.

Metode Dry cover adalah  metode mengisolasi atau menutupi batuan yang dinilai berpotensi membentuk asam dengan lapisan batuan yang dinilai tidak berpotensi membentuk asam atau dengan batuan NAF. Mengacu pada prinsip terbentuknya AAT tadi, fungsi lapisan NAF ini adalah agar tidak terjadi interaksi batuan PAF dengan oksigen ataupun air.
AAT 2
Sementara itu metode Wet Cover adalah mengisolasi batuan yang berpotensi membentuk asam di dalam perairan, seperti danau, dasar laut atau di dalam kolam. Intinya bagaimana memastikan tidak terjadi interkasi dengan Oksigen.
Batuan yang mengandung mineral Sulfida, pada indutri batubara biasanya terdapat pada lapisan atas batubara (roof), lapisan bawah (floor) atau juga pada pengotor di lapisan batubara itu sendiri, sehingga perlu sekali melakukan uji Statik terhadap tiap-tiap lapisan untuk meng-kategorisasi mana batuan PAF mana NAF.
Air Asam Tambang di PT NNT
Di PT Newmont Nusa Tenggara (NNT), sebagai tambang tembaga, terbentuknya Air Asam Tambang adalah sebuah keniscayaan, karena adanya unsur mineral sulfida didalamnya. Di PNNT ini, Air Asam Tambang berpotensi dihasilkan dari tempat/material berikut :
  1. Pit Batu Hijau
  2. Stock Pile
  3. Tailing
Pertama. Pit batu hijau, dari Pit Batu Hijau (atau area utama pertambangan PT NNT) air asam tambang yang terbentuk ditampung di dalam sump (area bawah pit).
IMG_0422
Kedua, stock pile. Tidak semua raw material langsung dikirim ke crusher, tetapi sebagian dikumpulkan dalam stock pile. Stock pile yang di berada di area terbuka tanda perlindungan secara langsung membuka peluang terjadinya air asam tambang. Ketiga adalah tailing, tailing yang  didalamnya masih mengandung mineral sulfida berpotensi membentuk Air asam tambang.

Metode Penanganan
Seperti sudah saya jelaskan diatas, ada 2 hal metode penanganan air asam tambang, yakni : metode dry cover dan metode wet cover, bagaimana penanganan Air Asam Tambang di PT NNT?
Pertama, air asam tambang yang terbentuk di sump pit batu hijau ditampung dan dilakukan proses pemompaan (lihat gambar) menuju area aliran Sekongkang 1.
IMG_0424Dari sekongkang satu yang merupakan hulu aliran tampungan air asam tambang, air asam akan mengalir menuju hilir sekongkang 3. Di PT NNT, air asam tambang tidak dinetralkan melalui proses pengapuran, tetapi air asam tambang di daur ulang dan digunakan untuk processing (flotasi) yang membutuhkan air dalam jumlah besar.
Kedua, air asam tambang dari stock pile. Dari stock pile, Air Asam Tambang yang terbentuk juga diarahkan ke Sekongkang 1, untuk kemudian bertemu dengan aliran air Asam Tambang dari Pit dan seperti Air Asam Tambang yang bersumber dari Pit, Air Asam Tambang dari stock pile inipun digunakan untuk tahapan flotasi.
IMG_0545
Ketiga, tailing. Tailing berpotensi menghasilkan Air Asam Tambang karena didalamnya masih mengandung unsur mineral sulfida. Dalam konteks tailing, PT NNT menempatkan tailingnya dengan metode penempatan bawah laut atau dalam konteks penanganan Air Asam tambang, hal ini tergolong metode wet cover. Sehingga mencegah terbentuknya Air Asam Tambang.

Pengelolaan Lingkungan Areal Tambang Batubara(Studi Kasus Pengelolaan Air Asam Tambang (Acid Mining Drainage) di PT. Bhumi Rantau Energi Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan
Oleh: Luthfi Hidayat


1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertambangan merupakan suatu bidang usaha yang karena sifat kegiatannya pada dasarnya selalu menimbulkan dampak pada alam lingkungannya (BPLHD Jabar, 2005). Aktivitas penambangan selalu membawa dua sisi. Sisi pertama adalah memacu kemakmuran ekonomi negara. Sisi yang lain adalah timbulnya dampak  lingkungan.
Salah satu komoditi yang banyak diusahakan saat ini, untuk memenuhi kebutuhan energi di Indonesia adalah batubara. Pada  saat  ini  Indonesia memiliki potensi sumber daya batubara sekitar 60 miliar ton dengan cadangan 7 miliar ton  ( Witoro, 2007 ). Dilain pihak tambang batubara pada umumnya dilakukan pada tambang terbuka (open mining), sehingga akan berdampak terhadap perubahan bentang alam, sifat fisik, kimia, dan bioligis tanah, serta secara umum menimbulkan kerusakan pada permukaan bumi. Dampak ini secara otomatis akan mengganggu ekosistem di atasnya, termasuk tata air (Subardja,  2007).
Salah satu permasalahan lingkungan dalam aktivitas penambangan batubara adalah terkait dengan Air Asam Tambang ( AAT) atau  Acid  Mine Drainage (AMD). Air tersebut terbentuk sebagai hasil oksidasi dari mineral sulfida tertentu yang terkandung dalam batuan, yang bereaksi dengan oksigen di udara pada lingkungan berair (Sayoga, 2007). Penampakan air asam tambang di tahap awal adalah adanya air di pit tambang yang berwarna hijau.
Pada awal kegiatan tambang, yaitu sejak penyelidikan (eksplorasi) atau tahap perencanaan perlu dilakukan untuk  mengetahui  dan menghitung besarnya potensi air asam tambang yang akan ditimbulkannya. Mengetahui potensi keasaman dari suatu tambang sangat  penting karena keasaman batuan tersebut baru merupakan potensi yang kehadirannya belum tentu akan menjadi persoalan setelah dilakukan pengambilan (eksploitasi).
Timbulnya air asam tambang (Acid Mine Drainage) bukan hanya berasal dari hasil pencucian batubara, tetapi juga dari dibukanya suatu potensi keasaman batuan sehingga menimbulkan permasalahan kepada kualitas air dan juga tanah. Potensi air asam tambang harus diketahui dan dihitung agar langkah – langkah preventif serta pengendaliannya dapat dilakukan.
Pengendalian terhadap air asam tambang merupakan hal yang perlu dilakukan selama kegiatan penambangan berlangsung dan setelah kegiatan penambangan berakhir. Air  asam tambang (Acid Mine Drainage)  dapat mengakibatkan menurunnya kualitas air, air permukaan dan air tanah. Selain itu jika dialirkan  ke sungai akan berdampak terhadap masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran sungai serta akan mengganggu biota yang hidup di darat juga biota perairan.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini  adalah;
1. Bagaimana persoalan Air Asam Tambang di tambang batubara yang saat ini terjadi di PT. Bhumi Rantau Energi.
2. Bagaimana  upaya  pengelelolaan  pengelolaan air asam tambang yang ada di PT. Bhumi Rantau Energi.

1.3 Metode Penelitian

Penelitian ini pada prinsipnya dilakukan dengan dua tahapan metode. Pertama adalah melakukan studi pustaka terkait persoalan Air Asam Tambang, dan tahapan kedua adalah mengamati realitas pengelolaan Air Asam  Tambang yang dilakukan di perusahaan Tambang PT. Bhumi Rantau Energi.

1.4 Tujuan  Penelitian

Tujuan Penelitian adalah;
1. Untuk memahami persoalan lingkungan akibat adanya Air Asam Tambang di areal Pertambangan Batubara di PT. Bhumi Rantau Energi.
2. Untuk memahami gambaran tahapan pengelolaan Air Asam Tambang di PT. Bhumi Rantau Energi.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tentang Air Asam Tambang
aat.png
Air asam tambang (AAT) atau disebut juga dengan Acid Mine Drainage (AMD) adalah air  yang bersifat asam (tingkat keasaman yang tinggi) dan sering ditandai dengan nilai pH yang rendah yaitu dibawah 6,karena sesuai dengan baku mutu  air pH normal adalah 6-9 sebagai hasil dari  oksidasi mineral sulfida yang tersingkap  oleh proses penambangan dan terkena  air.
Air asam tambang (AAT) adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada air asam tambang yang timbul akibat kegiatan penambangan serta sering juga disebut air rembesan (seepage), atau aliran (drainage). Air ini terjadi akibat pengaruh oksidasi alamiah  mineral  sulfida  (mineral belerang) yang terkandung dalam batuan yang terpapar selama penambangan. Perlu diketahui air asam tambang sebenarnya tidak terbentuk akibat kegiatan penambangan saja tetapi setiap kegiatan yang berpotensi menyebabkan terbuka dan teroksidasinya  mineral  sulfida  akan menyebabkan terbentuknya air asam tambang.  Beberapa  kegiatan seperti pertanian, pembuatan jalan, drainase dan pengolah tanah lainnya pada areal yang mengandung mineral belerang akan menghasilkan air asam, karateristiknya pun sama dengan air asam tambang.
Air asam tambang dicirikan  dengan rendahnya pH dan tingginya senyawa logam tertentu seperti besi (Fe), mangan (Mn), cadmium (Cd),  aluminium (Al),  sulfate ).  Pyrite ) merupakan senyawa yang umum dijumpai dilokasi pertambangan. Selain pirit masih ada berbagai macam mineral sulfida yang terdapat  dalam  batuan dan mempunyai potensi membentuk air asam tambang seperti : marcasite ),  pyrrotite
(),    chalcocite    S), covellite (CuS) molybdenite    ),      chalcopyrite   ), galena  (PbS),  sphalerite  (ZnS),  dan   arsenopyrite
(FeAsS).
Air asam yang  mengandung  logam  berat yang mengalir ke sungai, danau atau rawa akan merusak kondisi ekosistem yang ada di sungai tersebut. Hal ini tentu saja akan menyebabkan adanya penurunan kualitas air. Air asam tambang dapat juga mempengaruhi bentang alam, perubahan struktur tanah, perubahan pola aliran permukaaan dan air tanah serta komposisi kimia  air permukaan.
Komponen pembentukan air asam tambang lainnya adalah air dan oksigen. Air yang masuk kedalam cekungan berasal dari air permukaan terutama dari air hujan. Curah hujan yang tinggi menyebabkan volume air dalam  cekungan  semakin besar, sehingga cekungan membentuk kolam besar.
Proses terjadinya air asam tambang yaitu bila teroksidasinya mineral-mineral sulfida yang terdapat  pada  batuan  hasil  galian  dengan  air (O)  dan  oksigen  ). Oksidasi logam sulfida dalam membentuk asam terjadi dalam persamaan reaksi sebagai berikut :
Reaksi pertama adalah reaksi pelapukan dari pirit disertai proses oksidasi. Pirit dioksidasi menjadi sulfat dan besi ferro.
1.       +   +     + 4

(Pyrite + oxygen + water →  ferrous   iron
+ sulfate + acidity)
Reaksi lanjutan dari pirit oleh besi ferri lebih cepat (2-3 kali) dibandingkan dengan oksidasi dengan oksigen dan menghasilkan keasaman yang lebih banyak.
2.         +        15  +  2

+

(Pyrite + ferric iron + water → ferrous iron + sulfate + acidity)
Air asam tambang dapat terjadi pada kegiatan penambangan baik itu tambang terbuka maupun tambang bawah tanah. Umumnya keadaan ini terjadi karena unsur sulfur yang terdapat di dalam batuan teroksidasi secara alamiah didukung juga dengan curah hujan yang tinggi semakin mempercepat perubahan oksidasi sulfur menjadi asam. Sumber-sumber air asam tambang antara  lain berasal dari :
1.            Air Dari Tambang Terbuka
Lapisan batuan akan terbuka sebagai akibat dari terkupasnya lapisan penutup, sehingga unsur sulfur yang ada dalam  batuan  sulfida  akan terpapar oleh udara maka terjadilah oksidasi yang apabila hujan atau air tanah mengalir di atasnya maka jadilah air asam tambang.
2.            Air Dari Unit Pengolah Batuan Buangan Material        yang    banyak terdapat           limbah
kegiatan penambangan adalah batuan buangan (waste rock). Jumlah batuan buangan ini akan semakin meningkat dengan  bertambahnya  kegiatan  penambangan.  Akibatnya  batuan buangan yang banyak mengandung sulfur akan berhubungan langsung dengan udara membentuk senyawa sulfur oksida, selanjutnya dengan adanya air akan membentuk air asam  tambang.
3.            Air Dari Lokasi Penimbunan Batuan Timbunan  batuan  yang  berasal  dari   batuan
sulfida dapat menghasilkan air asam tambang karena adanya kontak langsung dengan udara luar yang selanjutnya terjadi pelarutan akibat  adanya  air.
4.            Air Dari Unit Pengolahan Limbah Tailing Kandungan   unsur   sulfur   di   dalam   tailing
diketahui mempunyai potensi dalam membentuk air asam tambang, pH dalam tailing pond ini  biasanya cukup tinggi karena adanya penambahan hydrated lime untuk menetralkan air yang bersifat asam yang dibuang kedalamnya.
5.            Air   Dari   Tempat  Penimbunan  Bahan Galian/Stockpile
Bahan galian batubara yang dihasilkan dari kegiatan penambangan diangkut dan dikumpulkan di stockpile untuk diolah dan dipasarkan. Pada proses pengiriman batubara ke konsumen terlebih dahulu dikecilkan ukurannya dengan metode penghancuran (crushing). Dalam proses penghancuran batubara disiram dengan air untuk mengurangi debu,dimana terkadang didalam lapisan batubara terdapat mineral sulfida. Hal ini berpotensi membentuk air asam  tambang.

2.2 Dampak Buruk Air Asam Tambang

Terbentuknya  air  asam  tambang dilokasi  penambangan  akan  menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Adapun dampak negatif dari asam tambang tersebut antara lain yaitu :
1.            Bagi masyarakat sekitar
Dampak terhadap masyarakat  disekitar wilayah tambang tidak dirasakan secara langsung karena air yang dipompakan kesungai telah dinetralkan dan selalu dilakukan  pemantauan  setiap hari untuk mengetahui temperatur, kekeruhan, dan pH. Namun apabila terjadi pencemaran dan biota perairan terganggu maka binatang seperti ikan akan mati akibatnya mata pencaharian penduduk akan  terganggu.
2.            Bagi biota perairan
Dampak negatif untuk biota perairan adalah terjadinya perubahan keanekaragaman biota perairan seperti plankton dan benthos, kehadiran benthos dalam suatu perairan dijadikan sebagai indikator kualitas perairan. Pada  perairan  yang baik dan subur benthos akan  melimpah,  sebaliknya pada perairan yang kurang  subur  bentos tidak akan mampu bertahan  hidup.
3.            Bagi kualitas air permukaan
Terbentuknya air asam tambang hasil oksidasi pirit akan menyebabkan menurunnya kualitas air permukaan. Parameter kualitas air  yang  mengalami perubahan diantaranya pH, padatan terlarut, sulfat, besi dan mangan.
4.            Kualitas air tanah
Ketersediaan unsur hara merupakan faktor yang paling penting untuk pertumbuhan tanaman. Tanah yang asam banyak mengandung logam- logam berat seperti besi, tembaga, seng yang semuanya ini merupakan unsur  hara  mikro.  Akibat    kelebihan    unsur    hara    mikro    dapat menyebabkan keracunan pada tanaman, ini ditandai dengan busuknya akar tanaman sehingga tanaman menjadi layu dan akhirnya akan  mati.

2.3 Pencegahan dan Pengelolaan Air Asam Tambang

Mengingat bahaya dari air asam tambang bagi lingkungan maka perlu dilakukan upaya pencegahan dan penanganan air asam tambang. Berikut ini ada beberapa cara untuk  mencegah  dan menghambat terbentuknya air asam  tambang.
1.            Penempatan Selektif
Menempatkan batuan yang berpotensi membentuk air asam tambang PAF (Potencial Acid Forming) dengan batuan yang tidak  berpotensi NAF (Non Acid Forming) ke tempat yang terpisah dengan cara ditimbun. Kemudian lokasi penimbunan batuan yang berpotensi membentuk air asam tambang ditempatkan sejauh mungkin  dari aliran air, selanjutnya rembesan-rembesan dikumpulkan pada satu lokasi.
2.            Manajemen Tanah
Manajemen tanah ini bertujuan untuk  :
1)            Memisahkan tipe tanah secara benar,  sehingga pencampuran dan  degradasi  kualitas tanah pucuk tidak terjadi.
2)            Menjamin kualitas tanah pucuk sebagaimana adanya struktur, nutrisi, tersedia digunakan dalam rehabilitasi.

Pencegahan pembentukan AAT dilakukan dengan mengurangi kontak antara mineral sulfida dalam reaksi tersebut sebagai pirit dengan air dan oksigen di udara. Secara teknis, hal ini dilakukan dengan menempatkan batuan PAF (Potentially Acid Forming) dalam kondisi dimana salah satu faktor tersebut relatif kecil jumlahnya. Secara umum dikenal dua cara untuk melakukan hal tersebut, yaitu dengan menempatkan PAF (Potentially Acid Forming) di bawah permukaan air di  mana  penetrasi oksigen tehadap lapisan air  sangat  rendah atau dikenal dengan wet cover system, atau dibawah lapisan batuan atau material tertentu dengan tingkat infiltrasi air . Metode lainnya  dengan cara pencampuran (blending) beberapa tipe batuan PAF dan NAF atau bahkan dengan batu kapur, sehingga menghasilkan  suatu  timbunan yang dapat menimbulkan air penyaliran dengan kualitas yang memenuhi baku mutu. Diharapkan dengan menerapkan metode ini  pembentukan AAT dapat dihindari.
Secara umum penanganan AAT yang telah terbentuk berpotensi keluar dari lokasi penambangan, dilakukan untuk mengembalikan nilai-nilai parameter kualitas air menjadi seperti kondisi normalnya atau kondisi yang disyaratkan dalam Keputusan Pemerintah Pertambangan dan Energi No. 1211/K/008/M.PE/1995 tentang pencegahan dan penanggulangan perusakan serta pencemaran lingkungan  pada  usaha pertambangan.
Secara umum pengolahan air asam tambang dapat digolongkan menjadi 2 yaitu : Active treatment dan  Passive  treatment.
1.            Active Treatment Technologies
Adalah teknologi yang memerlukan operasi, perawatan dan pemantauan oleh manusia berdasarkan pada sumber energi eksternal dan menggunakan infrastruktur dan sistem yang direkayasa. Terdiri dari : Netralisasi (yang sering termasuk presipitasi logam), penghilangan logam, presipitasi kimiawi, dan penghilangan sulfat secara biologi. Penetral yang paling umum  digunakan pada perlakuan AAT skala besar adalah kapur, ini karena bahan tersebut tersedia secara komersial, mudah digunakan, teknologi telah terbukti, biayanya murah dan efektif digunakan serta  dikelola dengan baik dalam hal kesehatan dan keselamatan kerja bagi penerapan skala besar. Menambahkan tawas pada air asam tambang sebelum dialirkan kesungai tujuannya untuk menjernihkan air.
2.            Passive treatment technologies
Merupakan proses pengolahan yang tidak memerlukan intervensi, operasi atau perawatan oleh manusia secara reguler bahan yang biasanya digunakan adalah memakai tumbuhan yang dapat menetralkan pH, yakni purun tikus.

3. PEMBAHASAN

Proses Pengaliran Awal Air Asam Tambang
Tahapan proses pengelolaan air asam  tambang pada PT. Bhumi Rantau Energi, pengaliran yang berasal dari pit (lubang bukaan tambang tambang) dan juga dari unit pengolahan (crusher) sampai akhirnya dikembalikan lagi ke lingkungan.
Lubang bukaan tambang (Pit) merupakan  areal penambangan, lubang bukaan (Pit) ini berukuran sangat luas dan terbuka  sehingga  apabila hujan turun. Air yang berasal dari     lubang bukaan tambang (Pit) akan bereaksi dengan  mineral sulfida (pirit) dan oksigen yang akhirnya teroksidasi sehingga terbentuk air asam tambang (AAT).
Air yang berasal dari lubang bukaan tambang (Pit) ini selanjutnya dialirkan menuju sumuran (sump). Sump merupakan kolam  penampungan  air yang dibuat sementara sebelum air itu dipompakan serta dapat berfungsi sebagai kolam pengendapan lumpur. Pengaliran air dari sump dilakukan dengan cara  pemompaan.
Sump ini dibuat secara terencana dalam pemilihan lokasi maupun volumenya. Penempatannya pada jenjang tambang dan  biasanya dibagian lereng tepi tambang. Sump ini disebut dengan sump permanen karena dibuat untuk jangka waktu lama, biasanya terbuat dari bahan kedap air dengan tujuan untuk mencegah peresapan air supaya tidak menyebabkan jenjang tambah longsor karena sump ini yang pertama menerima air.

Proses Pemompaan Air Asam  Tambang

Pemompaan dalam hal ini berfungsi untuk memindahkan atau membuang air dari  tempat  yang rendah yaitu dari sumuran (sump)  pada  lantai kerja penambangan ketempat yang lebih tinggi/keluar tambang.
Volume air yang tertampung dalam sumuran (sump) jumlahnya akan semakin bertambah jika sejumlah air tersebut tidak dipindahkan ke kolam pengendapan yang akhirnya dapat menghambat kegiatan penambangan. Oleh karena itu perlu dilakukan pemompaan menuju  kolam pengandapan (settling pond).
Limbah cair yang berada di tambang  atau  dari tempat pengolahan (crusher) terlebih dahulu dipompa kesettling pond (kolam pengendap  I).  Air yang berada pada kolam pertama mengalir ke kolam dua melalui saluran yang dibuat zig zag antara kolam yang satu dengan saluran kekolam yang lain. Pada kolam yang kedua  dilakukan  proses pengolahan limbah atau yang disebut  dengan kolam penawasan atau  pengapuran.
Cara penawasan yaitu dengan memasukkan bahan  tawas/aluminium sulfate  (AL_2 O_3)
kedalam tandon yang sudah berisi air, kemudian diaduk-aduk setelah tawas sudah mencair selanjutnya air tawas dalam tandon disemprotkan kekolam dua dengan menggunakan pompa.   Selain dilakukan penawasan juga dilakukan pengapuran yaitu dengan cara ditaburkan pada setiap  kolam.
Pada kolam kedua air di alirkan menuju  kolam ketiga, dan pada kolam ini air sudah mulai jernih. Pada kolam terakhir/kolam  ke  empat inilah kolam tempat penampungan air yang sudah jernih dan sudah siap untuk dibuang kebadan sungai. Selain dilakukan penawasan maupun pengapuran juga dilakukan pemantauan pH air  yang keluar dari kolam ke empat (outlet). Jenis pompa yang digunakan adalah Multiflo MF 380 yang menggunakan tenaga mesin  diesel.
Sebelum dilakukan proses penawasan atau penetralan, pada kolam pertama terlebih dahulu dilakukan pengukuran pH dengan menggunakan pH meter.
Dari pengukuran pada outlet settling pond crusher PT. Bhumi Rantau Energi diperoleh hasil pH atau tingkat keasaman yang rendah.  Dan  untuk penjernihan dilakukan penawasan terlebih dahulu sebelum dilakukan proses penetralan dengan menggunakan kapur.

Proses Penetralan Pada Kolam Pengendap

Kolam pengendapan (Settling pond) merupakan kolam yang berfungsi  untuk  menyaring dan mengendapkan lumpur-lumpur hasil dari penambangan yang terlarutkan oleh air serta sebagai tempat mengolah air sebelum  dialirkan kesungai, terutama menetralkan pH air yang bersifat asam.
Air Asam Tambang tidak hanya berasal dari kegiatan penambangan bisa juga dari proses penghancuran batubara. Sebelum batubara masuk kedalam alat penghancur (Crusher) maka batubara tersebut disiram dengan air, yang bertujuan untuk mengurangi debu yang dihasilkan ketika proses penghancuran dilakukan serta pada saat krusher (crusher)beroperasi juga dilakukan penyiraman untuk membersihkan krusher (crusher) dari partikel-partikel batubara. Air  limpasan  inilah  yang berpotensi membentuk air asam tambang(AAT) karena adanya  mineral  sulfida  yang berada dalam batubara juga berpotensi merusak lingkungan. Sehingga sebelum dibuang kelingkungan dilakukan pengolahan terlebih dahulu.
Hasil pemompaan yang berasal dari kegiatan krusher (crusher) dialirkan ke kolam pengendapan (Settling    pond)    melalui    paritan    yang  dibuat mengelilingi tempat pengolahan (Stockpile). Pada PT. Bhumi Rantau Energi terdapat dua settling pond crusher yaitu settling pond crusher 1 dan settling pond crusher 2. Di  settling pond crusher  1 terdapat empat kolam dan settling pond crusher  2 terdapat lima kolam. Kolam pertama berfungsi sebagai kolam pengendapan lumpur atau sedimentasi, kolam kedua dan ketiga berfungsi sebagai kolam untuk penambahan tawas  dan kapur, kolam ke 4 difungsikan sebagai kolam parameter/acuan, karena air di kolam terakhir ini akan langsung dialirkan ke badan  sungai.

4. KESIMPULAN

Kesimpulan
Dari uraian pada bab-bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan, yaitu :
1.           Sumber-sumber Air Asam Tambang (AAT) adalah air dari tambang terbuka dari unit pengolahan batuan buangan, air dari unit pengolahan limbah dan dari tempat penimbunan bahan galian.
2.           Metode pengolahan air asam tambang yang ada di PT. Bhumi Rantau Energi adalah dengan metode active treatment.
Air yang berpotensi air asam tambang tidak hanya berasal dari pit tapi juga yang berasal dari unit pengolahan (crusher).
3.           Air yang berpotensi menjadi air asam tambang yang berasal dari pit dialirkan menuju sumuran (sump), lalu  dipompa menuju settling pond.
4.           Sebelum dilakukan proses  penetralan,  terlebih dahulu dilakukan pengukuran pH menggunakan pH meter.
5.           Proses menurunkan tingkat kekeruhan pada settling pond crusher adalah dengan cara menambahkan larutan tawas.

Saran

1.            Proses pengelolaan air asam tambang agar dapat dilakukan lebih efektif untuk menghindari dampak negatif bagi lingkungan maupun masyarakat yang bermukim  di  sekitar tambang.
2.            Pemantauan pH dan debit air limbah harus dilakukan secara berkesinambungan untuk memastikan tingkat keamanan lingkungan perairan.
3.            Tanggul-tanggul yang ada disettling pond sebaiknya ditanami pepohonan agar lebih kuat.
Untuk penambahan kapur dan  tawas  dikolam (settling pond) supaya dapat dilakukan penelitian/pengujian lebih lanjut agar dalam penambahannya  dapat  mengetahui  dosis yang optimum.

 

DAFTAR PUSTAKA


Arliani, Nurul. 2012. Aktivitas Pengolaan Air Asam Tambang PT. Bhumi Rantau Energi.   Rantau
Sari, Intan Lianita. 2012. Teknologi Pengolahan Air Asam Tambang. [online] dari www. blogspot. Com Pengelolaan Air Asam Tambang. [online] dari www. scribd.  Com
Abfertiawan. 2011. Konsep Pencegahan Air Asam Tambang. [online] dari http//abfertiawan. blog. com Metode Pengolahan Tambang Umum. 2013. [online] dari sintaloh. blogspot.   com
Air Asam Tambang dan Pengelolaannya. 2013. [online] dari Tambangunsri. blogspot. com Kerusakan Lahan Akibat Aktivitas Penambangan. 2012. [online] dari pabrisianturi. blogspot. com Kamus Istilah Pertambangan. Energi dan Sumber Daya  Mineral
Sipahutar, Renni. 2013. Analisis Pengelolaan Limbah Air Asm Tambang di IUP Tambang Air Laya PT. Bukit Asam. Universitas Sriwijaya.  Palembang
Dkk, Herniwanti. 2012. Simulasi Aliran Air Asam Tambang. Universitas Brawijaya. Malang Gautama, R. S. 2012. Pengelolaan Air Asam Tambang. ITB.   Bandung
Gautama, R. S. 2012. Pelatihan Tentang Air Asam Tambang Februari 2012. Bandung Gautama, R. S. 2004. Pengantar Air Asam Tambang. ITB.   Bandung
Nugraha, Candra. Upaya Pencegahan Pembentukan Air Asam Tambang. 2012. ITB.   Bandung